Ingatlah kepada Allah

Bebarapa hari yang lalu saya menjenguk ibu yang sedang sakit.,di kampung halamanku.Hati saya serasa menangis dan trenyuh, tidak tega melihat kondisi fisik ibu yang menurun,walaupun menurut hasil cek laborat menunjukkan kenaikan positif. Memang usia ibu sudah benar-benar beranjak senja, dan hatinya juga semakin rapuh semenjak di tinggal  ayah kami tercinta,ditambah penyakitnya yang terus menurunkan kesehatannya . 

Dulu ketika kami masih kecil-kecil sering memandang hubungan  ibu dan ayah hanya dari luar, dan kami  hanya melihat sepertinya ibu 'kurang' harmonis hubungannya dengan ayah kami, padahal tidak, saya tahu pasti ibu sebenarnya sangatlah mencintai dan menghargai ayah, hanya beliau tidak bisa menampakkan secara terang-terangan,dan ibu pastilah punya cara tersendiri, karena masing-masing orang mempunyai cara untuk mengungkapkan perasaannya. Ibu juga merasa sangat terlindungi dan terayomi akan kehadiran ayah, apalagi dikala ibu sakit, ayahlah yang berusaha menghibur dan menenteramkan hatinya. Tidak heran ketika ayah pergi menghadap Sang Khaliq , tatkala saat ini ibu sakit, beliau seperti kehilangan penghibur dan pengayom. Kami anak-anaknya belum cukup membuat ibu merasa terhibur dan 'ayem'. Kami hanya bisa terus menghibur dan menguatkan hati ibu dengan terus-menurus berdoa semoga ibu terus membaik kesehatannya, dan 'ngayem-ayemi' hati beliau  Dan  itu memang  giliran kami saat ini sebagai anak-anaknya.
Saat ini, saya jadi teringat pesan ayah, untuk terus menerus mengingat Allah dalam setiap hembusan nafas, maka dengan maksud agar ibu juga merasakan ketenangan, saya berusaha menyakinkan ibu untuk bisa juga melakukannya. Alhamdulillah, ibu mau sesuai dengan kemampuannya beliau masih bisa dan ingat itu, karena ketika ayah dulu sering berkata seperti itu kepadaku ibupun juga sering mendengarnya  langsung, agar  ibu semakin dekat dengan Allah SWT., dengan sering menyebut asmaNya setelah dan diluar sholat fardhu. Saya juga mengingatkan adik-adikku untuk mengingtkan ibu untuk tetap sholat fardhu dalam kondisi apapun.
Memang kadang saya berpikir amalan menyebut asmaNya terus-menerus sepertinya tidak ada dalilnya, masak iya begitu, apakah bukan karena aku yang salah dan lupa. Tatkala saya pernah mendengarkan khutbah Jum'at dimana khotib membacakan sebuah ayat dari Al Qur'an surat An Nisaa' ayat 103 ; yang artinya :
"Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman."
Dari tarjamahan ayat ini jelaslah, kita semua tahu bahwa kita disuruh untuk senantiasa mengingat Allah terus-menerus dalam keadaan apapun. Tinggal caranya yang bermacam-macam, dan cara yang lazim digunakan adalah berdzikir. Maka benarlah, kalau ayah kami mengajarkan cara untuk mengingatNya, dengan cara menyebut asmanya selalu, seingat kita seiring dengan hembusan nafas, di saat kita tidak sedang sholat, setiap saat dan setiap waktu. Subhanallah. Ayah memang tidak menyebutkan dalil secara langsung tapi saya yakin beliau juga punya dasar dalil untuk melakukan itu berdasarkan ajaran dari ustadz-ustadz beliau.

Yang jelas kami sebagai anaknya paling tidak, terus berusaha melanjutkan apa yang telah beliau lakukan dan ajarkan kepada kami, karena almarhum ayah bukan hanya mengajarkankan tapi juga melaksanakannya, bukankah Rasulullah SAW, juga mengajarkan dalam sebuah hadist, "Amalan yang paling dicintai Allah adalah amalan yang paling langgeng walaupun sedikit. ( Muttafaq 'Alaih, dari 'Aisyah (Shahih al-Jami' as-Shaghir, 163)

Mudah-mudahan kami masih bisa terus menjalankannya, sambil membimbing ibu untuk juga melakukannya  agar terus dekat kepada Allah SWT. degan sholat dan berdzikir setiap saat dan waktu, sehingga beliau semakin tenteram karena sebenar-benarnya tempat bergantung dan berlindung sesungguhnya hanyalah Allah SWT, dan semoga kesehatan ibu semakin membaik.Amin.

Comments