Banyak Berubah

Pagi ini, udara cukup cerah dan segar setelah hujan semalam walaupun cuma sebentar tetapi malah terasa menyejukkan. Hujan yang sudah berbulan-bulan tidak datang dan sangat dinanti-nanti. Tak perlu kita bertanya kenapa hujan tidak kunjung turun, tapi yang perlu kita tanya apa yang sudah kita lakukan selama ini sehingga hujan tidak kunjung turun, kita perlu muhasabah diri masing-masing.

Dan kalau kita lewat di tepian Banjir Kanal Barat, kota Semarang yang kita cintai ini,mungkin bagi yang sudah lama tidak lewat akan "pangling". Karena sudah berubah total, sayang kami belum punya foto-fotonya. InsyaaLlah suatu kali akan saya postingkan. Hanya saja yang membikin risih dimata, yaitu tepian sungai yang sekarang sudah kelihatan rapi itu kalau sore sampai malam hari dimanfaatkan banyak remaja atau orang untuk "berpacaran". Kalau sekadar duduk-duduk dan ngobrol mungkin bisa dimaklumi toh itu ruangan publik. Masalahnya menurut kacamata agama dan saya pribadi banyak dijumpai saat sore hari pasangan laki-laki dan perempuan entah itu remaja atau suami istri yang kadang-kadang kelewat batas dalam "pacaran"nya, bagi saya itu sudah diluar norma2 umum apalagi norma agama, hingga membuat yang melihatnya saja "risih". Dalam hati saya berkata kalau di ruangan terbuka dan banyak orang saja mereka tidak malu, apa lagi jika di runagan tertutup yang tidak dilihat orang. Ataukah sekarang norma-norma umum sudah bergeser, karena kalau norma agama tidak pernah bergeser. Bukankah ajaran agama melarang mempertontonkan kemesraan pasangan suami istri yang sah di hadapan khalayak.Kalaulah yang suami istri yang sah saja tidak boleh apalagi yang tidak sah, kecuali telah nampak bahwa mereka suami istri yang sah dan tidak mengarahkan kepada erotisme yang berlebihan misalnya sekedar bersandar, bergandengan dlsb, tapi lebih dari itu secara norma umum tidak pantas dan dilarang agama, karena bisa menimbulkan fitnah bagi yang melihatnya. Masalahnya ketika itu dilakukan secara terbuka di publik yang melihat bukan hanya orang dewasa tapi juga anak-anak kecil yang belum tahu mana benar dan mana salah. Dan bukan mustahil akan mencemari akhlak mereka sejak kecil.

Rasulullah SAW adalah orang yang paling sayang dan mesra terhadap istri-istri beliau, tetapi beliau tidak secara terang-terangan menampakkannya di hadapan sahabat-sahabatnya dan umat-nya (koreksi kami jika salah). Dan para sahabat tahu betapa Rasulullah SAW adalah seorang suami yang mesra dan sayang kepada istri-istrinya. Itu dari cerita-cerita para istri dan putra-putra beliau, setelah beliau meninggal, dalam rangka memberikan pengajaran dan ilmu kepada para sahabat dan umat. Dan yang paling penting kemesraan tidak harus ditampakkan dihadapan publik dan khalayak yang lebih peting kenyataan sehari-hari di rumah atau di tempat tidur bagi suami istri. Karena jika kemesraan itu lebih mengarah kepada erotisme bukan mustahil mengundang syahwat dan bisa menjurus kearah zina.Lantas bagaimana dengan pasangan yang belum menikah, terang dan jelas sekali tidak boleh sama sekali, jangankan bermesraan, bergandengan tangan atau bersentuhan saja dilarang, karena jelas-jelas bukan mahrom, dan dalilnya cukup banyak di Al Qur'an dan Al Hadist. Saya jadi teringat sebuah hadist : Dalam riwayat Ibnu Majah dan al-Hakim dan riwayat ini shahih dengan salah satu lafadz, Rasulullah Sallallahu ‘Alahi Wasallam bersabda :“Tidaklah perzinahan tampak pada sebuah kaum hingga mereka melakukannya secara terang-terangan, kecuali penyakit-penyakit yang belum pernah ada pada para pendahulu mereka yang telah lalu akan mewabah pada mereka”

Naudzubillah tsumma naudzubillah, ya Allah lindungilah keluargaku dan orang yang kami cintai dari murka dan siksamu. Mari kita jaga lingkungan terdekat kita janganlah kita kotori tempat-tempat untuk publik untuk sekadar "pacaran" dan hal hal buruk yang menjurus maksiat. Karena apapun alasannya pacaran dilarang oleh agama, dan jika memang sudah mampu dan mau menikahlah,  ingat firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

وَلْيَسْتَعْفِفِ الَّذِينَ لا يَجِدُونَ نِكَاحًا حَتَّى يُغْنِيَهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ 

Dan orang-orang yang belum mampu untuk menikah hendaklah menjaga kesucian dirinya sampai Allah menjadikan mereka mampu dengan karunia-Nya.” (Qs. An-Nur:33)

Ingatlah pesan ulama besar  Ibnul Jauzi rahimahullah berkata, “Seandainya orang yang berakal disuruh untuk memilih antara memenuhi keinginan nafsunya sesaat atau menghabiskan sisa umurnya dalam kerugian akibat mengikuti keinginan nafsu tersebut, pastilah orang itu memilih untuk tak akan pernah mendekati nafsunya tadi kendati ia diberi dunia dengan seluruh isinya. Hanya saja, karena mabuk untuk mengikuti hawa nafsu itu telah menghalangi untuk membedakan antara akal pikiran dan hawa nafsu.” (At-Taubah Wazhifatul ‘Umr, hlm. 213.

Dan beliau berkata dalam kitab yang lain :  “Di antara akibat dari perbuatan dosa adalah hilangnya nikmat, dan akibat dosa adalah datangnya bencana (musibah). Oleh karena itu, hilangnya suatu nikmat dari seorang hamba adalah karena dosa. Begitu pula, datangnya berbagai musibah juga disebabkan oleh dosa.” (Al-Jawabul Kafi, hlm. 87)

Mudah-mudahan bermanfaat, menjadi muhasabah diri dan kita sekalian. Wallahu a'lam.

Referensi : www.muslimah.or.id

Comments