Kumpul Kebo

Pagi hari ini seperti biasa pukul 07.30 saya berangkat mengantar anak sekolah sekaligus berangkat kerja karena kebetulan tempat kerjaku berjarak tidak jauh dari sekolah anakku. Tidak ada yang istimewa sebenarnya hari ini,seperti hari-hari kemarin,tetapi ketika disepajang jalan yang becek karena hujan ditambah dengan lumpur dadakan yang bukan datang dari banjir lumpur tapi berasal dari kendaraan proyek-proyek besar di sepanjang jalan yang saya lalui  menambah semarwutnya jalan dengan kendaraan roda doa dan roda empat yang saling berebut jalan. Cuaca yang medung sedikit membuat udara terasa sejuk walaupun kepengapan asap knalpot dari berbagi macam kendaraan tetap saja tercium hidung.

Entah kenapa mataku tertuju pada sepasang manusia yang berboncengan motor yang menyalipku, dari sisi  kananku, dimana yang depan seorang pria yang masih berusia belasan dengan mengenakan kaos hitam dan celana jeans pendek tanpa helm dan kacamata, tengah membonceng seorang perempuan yang tidak beda jauh usianya dengan pembocengnya, dan menurut perkiraanku  mereka masih mahasiswa. Si perempuan-pun memakai kaos lengan pendek model anak remaja sekarang sedikit ketat dan ‘kekecilan’ dengan rambut yang blonde karena diwarnai layaknya rambut para bule dan mengenakan celana jeans super pendek, sehingga seolah-olah sengaja mempertontonkan kakinya dari tumit hingga ke paha, yang seharusnya ditutupi. Dari wajahnya terlihat mereka belum mandi (betul-kan karena gampang bedakan yang mandi dan belum, bagi yang sudah biasa mandi  tentunya),mungkin karena udara yang masih dingin. Apakah remaja sekarang perilakunya sebebas itu, tanyaku dalam hati.Keprihatinanku terbesar saat ini karena saya sedang memboncengkan anak perempuanku yang mulai menginjak masa remaja. Apa yang ada di benak pikiran anakku melihat pemandangan seperti itu. Sedangkan tiap hari saya berusaha menanamkan norma-norma keluhuran dan kebijakan.

Saya menduga mereka berdua pastilah belum menikah, atau bisa dikata sedang berpacaran. Tetapi sepagi ini mereka telah berduaan berbongcengan mesra dengan pakaian santai,  perkiraanku mereka sedang mencari warung makan atau sesuatu sarapan. Lho kok sempet-sempetnya berkencan antar jemput pagi-pagi sekali hanya untuk mencari sarapan berdua. Dugaanku mereka kemungkinan besar sudah tinggal, atau baru saja tinggal bersama, atau satu kost, dan pikiran paling buruk yang lebih extrem lagi baru saja tidur bersama. Biasanya meneurutku, kalau memang pagi-pagi sekali untuk saling bertemu bagi pasangan yang lagi dimabuk asmara biasanya paling tidak sudah mandi, berdandan rapi dan pakai minyak wangi karena malu, masa mau ketemu pujaan hati masih sama-sama belum mandi. Lha ini belum apa (kayaknya / atau  memang sudah apa apa) asyik berboncengan ria dengan mesranya layaknya pengantin baru yang habis menghabiskan malam-malam indah bersama sehingga untuk mandi dan cuci muka saja jadi malas (karena mungkin masih kelelahan), tapi kalau pengantin baru itu-kan suami istri resmi yang sah, lha ini, orang sepintas pasti  bisa menduga kalau mereka belum menikah, dari penampilan usianya yang kelihatan masih dibawah umur duapuluhan, atau barangkali mereka kakak beradik, tapi kok mesranya kaya suami istri begitu, dan seabreg pertanyaan lain dalam kepalaku menduga-duga.

Terlintas dalam pikirnku beberapa waktu yang lalu dan sudah diumumkan dan didiskusikan banyak orang bahwa menurut survei, hampir 97% remaja di kota X sudah pernah melakukan hubungan suami istri sebelum menikah. Naudzubillah tsumma naudzubillah. Dan yang lebih memprihantikan lagi 27% nya masih di usia SMP, usia dimana hampir setara dengan anak perenpuanku yang pertama. Saya sebagai orang tua jadi sedih, prihatin dan tercenung, sudah sedemikian bebaskah pergaulan anak-anak remaja di kota-kota besar sekarang. Apakah norma agama, norma susila dan norma hukum masyarakat sudah tidak ada lagi dan sudah bergeser. Kalau dilihat dari angka diatas berarti tiap seratus anak hanya tiga anak yang belum melakukan, dan kalau memakai margin error 3% maka bisa dikata  hampir 100% .Naudzubillah min dzalik.

Seiring dengan perkembangan teknologi informasi, maka arus informasi dari luar yang menganut kebebasan total, padahal hal tersebut belum tentu sesuai dengan norma-norma yang belaku di negara kita, informasi tersebut masuk tanpa bisa dibendung dengan derasnya bagai air bah. Sehingga perilaku-perilaku negatif free sex, kumpul kebo, perselingkuhan, sepertinya menjadi  berita yang biasa-biasa saja bahkan cenderung dicari dan dijadikan bahan rujukan untuk ditiru. Mulai dari pejabat, pegawai negeri,artis, selebriti, ada juga  sampai orang-orang di seluruh pelosok desa hingga kota-kota, apalagi para remaja-remaja sudah ’tidak’ merasa malu lagi untuk bermesraan ditempat umum ( apalagi ditempat sepi ), bahkan  sengaja direkam dengan kamera vedio, hp, atau laptop. Tidak direkam saja sudah menjadi aib apalagi direkam dan beredar kemasyarakat, seolah-olah malah bangga, bisa melakukkannya. Di sisi lain trend busana mengumbar aurat dipakai mulai dari anak kecil samapai ibu-ibu, meniru perilaku para selebritis yang menjadi anutannya. Bahkan seorang selebritis yang nyata-nyata berbuat mesum ( karena direkam vedio dan sudah dilihat jutaan orang  ) yang akan dihukum saja malah didukung dengan minta untuk dibebaskan. Alasannya, itukan urusan pribadi, yang penting kan dia ’berkarya’ dan katanya negara seharusnya tidak mengurusi perilaku masyarakatnya. Bagaimana ini ? Astaghfirullah, bagaimana mungkin budaya malu dan kesusilaan tidak menjadi tambah rusak, jika perilaku remaja-remaja sekarang berkiblat pada idola mereka dan meniru para ’selebritas’ yang (maaf)banyak yang tidak memiliki rasa kesusilaan dan mengabaikan norma-norma agama.

Orang menganggap perilaku sex bebas, pronografi dan hal-hal sejenisnya sepertinya menjadi hal yang lumrah, dan cenderung orang berpikir, dengan menggeneralisasi bahwa semua orang sudah pernah melakukan hal-hal tabu, dan celakanya hal itu hampir menjadi pola pikir dari semua orang sehingga kalau ada orang yang mengingatkan untuk tidak melakukan perbuatan zina pastilah dicemooh : sok alim, sok suci, sok agamis, bawa bawa agama, dlsb. Padahal kalau kita mau mempelajagi ajaran-ajaran kitab suci, maka kita akan merinding membayangkan dosa dan balasan yang akan diterima para pezina. Memang balasan itu ada yang nanti di akherat,  tapi ada juga yang dibalasnya langsung didunia ini, seperti: aids,penyakit kelamin, anak lahir catat dsb. Penulis jadi teringat firman Allah dalam Al Qur’an, “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (Al-Israa’: 32). Kalau mendekatinya saja kita tidak boleh apalagi zina, dan kalau yang menciptakan langit bumi dan seisinya ini saja memasukkan perbuatan zina kedalam kelompok perbuatan keji, kenapa manusia berani dan nekat melakukannya, seolah-olah hidup dunia ini hanya permainan saja. Dan dosa dari peruatan zina adalah kategori dosa besar yang tidak serta merta begitu saja diampuniNya.Ya Allah ampuni dan lindungi kami, saya hanya prihatin dan sedih, jika teringat 2 mutiara pemberianNya yaitu dua anak peremuan yang musti kami jaga dan didik, bagaimana saya harus menjaga kedua mutiara hati keluargaku ini yaa Allah ,dari derasnya terpaan kehidupan hedonisme dan materialisme, kecuali lindunganMu. Ya Allah lindungi keluargaku dan keluarga handai taulanku dari murkamu, dan dari perbuatan-perbuatan zina yang keji dan mungkar. Amin.


Comments