Melihat ke bawah

Beberapa pagi yang lalu saya membaca text news disalah satu TV swasta yang kira-kira intinya berbunyi : Aparat negara dan dan pegawai 6 kementrian lainnya akan menerima renumerasi mulai tahun 2011. Dalam hati saya hanya berkata : lagi-lagi pegawai negara dan perangkat negara akan menerima ’kenaikan’ gaji, hebat dan enak sekali jadi pegawai negara sekarang,pikirku. Bagaimana tidak walaupun disebut remunerasi itu adalah semacam bonus karena pekerjaannya atau jabatannya, tatap saja itu akan menambah pundi-pundi penghasilan para pegawai dan pejabat negara karena nilainya bisa jadi lebih besar dari gaji pokoknya yang sudah jauh diatas UMR karyawan swasta.Menurut para petingginya agar mereka tidak lagi korupsi, (cuma herannya kok pekerjaan lembaga negara KPK makin banyak? ).

Mungkin memang benar, bahwa sekarang menjadi pegawai atau pejabat negara ternyata  imbalannya sangatlah besar beda sekali dengan dulu sebelum krisis ekonomi 1997, pantas saja banyak orang yang mau dan rela berkorban berapapun untuk bisa menjadi pegawai negara, termasuk ’maaf’ harus menyetor sejumlah uang tertentu ke rekening tertentu ke pejabat tertentu. Ini memang ‘hanya’ indikasi atau hanya sekedar ‘dugaan’, dan faktanya memang saya tidak punya bukti otentik atau bukti material yang bisa dipertanggung jawabkan secara hukum. Karena hukum di Indonesia memang harus berdasarkan bukti otentik atau bukti material atau ada saksi atau jika tertangkap basah, maka tidak akan ada artinya kalau hanya sekedar ’dugaan’, ‘indikasi’, karena menurut hukum yang memberi dan diberi sama-sama masuk bui, seperti yang saya dengar,dan dari ungkapan kosong banyak orang, maka bagaimana mungkin orang mengaku terus-terang telah membayar untuk menjadi pegawai negara memangnya mau bunuh diri masuk bui atau salah-salah malah bisa diperkarakan karena menuduh tanpa bukti. naudzubillahi tsumma naudzubillah min dzalik.. Maka anggap saja ini hanya keluhan atau ’pepesan kosong’ yang tak berarti Astaghfirullah.

Sebenarnya saya hanya sekedar ingin berbagi cerita, bahwa ketika kita sedang dilanda kekurangan uang ternyata uang sekecil apapun sangatlah berarti. Bagaimana tidak,dimana tanggal gajian masih jauh, walapun nanti ketika gajian pun langsung ngalir ke lubang-lubang yang sudah saatnya diisi sehingga hanya tinggal beberapa saja untuk bisa sampai ke hari gajian lagi. Herannya ada-ada saja pengeluaran ekstra yang harus dikeluarkan. Motor yang saat diperpanjang STNK-nya, bayar uang les ekstra si sulung, belum musti bayar biaya kemahnya dan ekstra kurikuler lainnya, eh kok ndilalah, ban si motor-pun ikutan bocor. Karena tidak mengira bocor yang ban depan, tahu-tahu sampai tukang tambal ban bilang kalau musti ganti ban, karena dop ban-nya lepas.Waduh,apa boleh buat.

Ternyata gak hanya disitu, karena ban luarnya yang juga saatnya untuk diganti karena memang sudah terlihat benang putihnya. Ya ampun. Istriku bilang coba dulu, sampai akhir bulan nanti jika memang masih kuat. Saya pun setuju, dan saya teringat biasanya diawal tahun baru hijriah begini kantor biasanya memberikan bonus tahun baru, mudah-mudahan ada, harapku, walaupun jumlahnya gak banyak seperti perusahaan lain yang membagi-bagi premi perusahaan tiap akhir tahun, tapi ini  lumayanlah lebih dari cukup buat beli ban luar, pikirku. Sambil terus berharap-harap, hingga pagi ini ketika mengeluarkan motor, astaghfirullah, ban depan motorku bocor lagi, waduh. Padahal baru 4 hari yang lalu aku ganti ban dalamnya, mungkin karena ban luarnya yang sedemikian tipis laksana ban dalam juga yang membuatnya tidak bisa bertahan lama. Apa boleh buat mau tidak mau harus ganti. Padahal dompet sudah pas-pas-an untuk bisa sampai akhir bulan, maka terpaksa saya datangi koperasi kantor.

Esok paginya ketika saya bawa motor ke tukang tambal ban, kebetulan bapak tukang tambal ban ini sudah cukup berumur. Sambil menunggu proses penggantian dan menambal ban saya membaca koran. Menariknya lagi ada berita bahwa pemerintah kota-ku menganggarkan tunjangannya kerja bagi pegawai lingkungan pemkot, untuk APBD tahun depan. Saya jadi ingat berita di TV tentang remunerasi para pegawai negara, eh ini pemkot-pun kenapa juga menambahi mengajukan anggaran untuk tunjangan kerja bagi pegawai di pemkot. Ternyata memang benar-benar enak menjadi pegawai negara sekarang, sudah gajinya jauh diatas gaji kami-kami yang pegawai swasta rendahan ini masih ditambahi tunjungan ini, tunjangan itu.Belum lagi ada uang untuk proyek ini dan itu. Ini mungkin yang membuat para tetangga  yang pegawai negera sekarang rumahnya terus direnovasi bagus-bagus, mobilnya atau motornya-pun berganti-ganti terus. Astaghfirullah, kenapa aku menjadi iri.

Aku jadi teringat hadist Nabi,SAW  "Lihatlah kepada orang yang lebih rendah daripada kalian dan jangan melihat orang yang lebih di atas kalian. Yang demikian ini (melihat ke bawah) akan membuat kalian tidak meremehkan nikmat Allah yang diberikan-Nya kepada kalian." [HR Muslim],  maka saya mencoba melihat ke bawah. Saya pandangi si bapak tukang tambal ban ini. Umurnya kira-kira 65-an. Wajahnya yang sudah tua penuh dengan guratan-guratan perjalanan hidup, rambutnya memutih semua, tangan juga tubuhnya walaupun sudah dipenuhi keriput tetapi masih kelihatan kekar dan kuat untuk bekerja keras. Saya coba mengkalkulasi penghasilan beliau tanpa bermaksud merendahkan dan meremehkan karena saya tidak tahu pasti berapa penghasilnnya, siapa tahu ternyata dia adalah seorang pensiunan pegawai negara juga. Maka kalkukasiku jika  1x tambal ban jasanya adalah Rp.6.000,- jika sehari  katakanlah rata-rata 2 orang yang menambal maka hasilnya = Rp.12.000,-  ditambah jasa lainnya anggap saja Rp.15.000,-/hari. Dikalikan 30 hari hasilnya Rp.450.000,- per bulan.

Bayangkan dan bandingkan dengan gaji para pegawai negera sekarang yang gaji minimal yang terendahnya katanya adalah 2,6 juta rupiah. Itu baru satu orang rakyat kecil, bagaimana dengan para saudara-saudara kita yang tukang becak, buruh angkut pasar, buruh tani, atau buruh pabrik, atau pegawai swasta rendahan lainnya, dan para rakyat kecil, ternyata mereka jumlahnya masih jutaan orang yang penghasilannya jauh dibawah garis angka kebutuhan hidup minimal. Lalu siapa yang memberi mereka remunerasi dan tunjangan bagi mereka. Dan herannya sekarang gaji para pegawai negara itu namanya juga banyak sebanyak jumlah yang diterima. Karena mungkin saking banyaknya tunjangan yang harus diterima, maka namanyapun juga juga harus banyak dan terdengar asing-asing ditelinga orang awam ini mungkin juga agar sesuai dengan peraturan dan perundangan-undangan yang ada sehingga tidak ada yang menyalahkan nantinya (mungkin saja ).

Maka saya jadi bersyukur, tenyata benar, walaupun mungkin penghasilanku tiap bulannya masih jauh dibanding dengan para bapak-bapak pegawai negeri itu yang terus meerus menerima renumerasi, tunjangan kerja, dan entah tunjangan apalagi. Tetapi kami masih bisa mencukupkannya sampai akhir bulan, walaupun belum ada yang harus disisihkan untuk ditabung, paling tidak kami tidak harus berhutang banyak-banyak untuk menutup kekurangan anggaran kami tiap bulannya. Khusus bulan ini walaupun juga ’bonus’ itu ternyata benar-benar tidak jadi keluar juga sampai akhir bulan ini (karena boss sudah bilang, ”tidak ada”, sebab bulan-bulan terakhir ini revenue perusahaan menurun, katanya.Waduh.), paling tidak ternyata sampai hari ini isi dompetku tidak benar-benar habis saya tidak tahu kok ya masih tetep cukup, walaupun nanti akhir bulan harus mengganti kekoperasi kantor paling tidak devisit anggaran rumah tanggaku tidak banyak masih bisa diatasi, terbukti istriku tidak mengeluh kalau uang buat beli lauk pauknya habis ( walau beberapa hari terakhir inipun di meja makan kami  lauknya tempe dan tahu terus. Tidak apa-apa daripada tidak ada lauknya sama sekali ...he... he.... he). Karena ternyata istriku juga rajin mengedarkan baju-baju gamis pada ara tetangga dan relasinya. Alhamdulillah. Yah ternyata melihat kebawah memang menentramkan daripada melihat para orang-orang besar yang terus menerus omong besar dan penghasilannyapun luar biasa besar, malah semakin membuat silau dan tersandung.Wallahu a’lam.

Comments